Safety

Panduan Teknis ISO 13850:2015 Fungsi Emergency Stop pada Mesin

ISO 13850:2015 merupakan standar internasional yang sangat penting untuk keselamatan mesin. Standar ini menetapkan persyaratan fungsi stop darurat yang digunakan untuk menghentikan mesin secara cepat saat terjadi situasi darurat. Artikel ini akan membahas secara teknis dan mendalam lima elemen penting yang diatur dalam ISO 13850:2015, termasuk kecepatan akses, identifikasi jelas, penghentian total, tidak dapat diblokir, serta prosedur reset.

1. Kecepatan Akses dan Operasi Stop Darurat

Dalam situasi darurat, kecepatan akses terhadap tombol stop darurat adalah hal yang sangat krusial. ISO 13850:2015 mengatur beberapa aspek teknis terkait hal ini:

  • Posisi Strategis: Tombol stop darurat harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau oleh operator dan pekerja lainnya. Penempatan tombol harus mengikuti antropometri (pengukuran tubuh manusia) sehingga memastikan bahwa tombol dapat diakses dengan cepat tanpa risiko bagi operator.
  • Jarak Jangkau Optimal: Rata-rata jarak jangkau tombol stop darurat yang ideal adalah sekitar 850–1250 mm dari posisi operator yang bekerja. Penempatan ini memungkinkan operator untuk menjangkaunya dengan mudah dalam keadaan darurat.
  • Mekanisme Pengoperasian: Tombol harus bisa ditekan dengan mudah tanpa memerlukan kekuatan berlebih. Umumnya, dibutuhkan gaya sekitar 150-250 Newton (N) untuk mengoperasikan tombol ini, cukup kuat untuk mencegah aktivasi tidak disengaja namun tetap dapat dioperasikan dengan mudah.
Illustration by Chatgp

2. Identifikasi yang Jelas pada Tombol Stop Darurat

Agar dapat dikenali dan digunakan dengan cepat, tombol stop darurat harus memiliki identifikasi visual yang jelas. ISO 13850:2015 menetapkan aturan berikut:

  • Warna: Tombol stop darurat harus berwarna merah dengan latar belakang kuning. Warna ini digunakan sesuai dengan standar internasional untuk keselamatan dan memastikan tombol dapat dikenali dengan mudah. Umumnya tombol harus berwarna merah dengan latar belakang kuning.
  • Bentuk: Tombol harus memiliki bentuk jamur (mushroom-shaped) yang memungkinkan penekanan cepat dengan telapak tangan atau lengan dalam situasi darurat.
  • Ukuran: Diameter tombol umumnya sekitar 30–50 mm, memudahkan operator untuk menekannya tanpa presisi tinggi.
  • Umpan Balik Tactile: Tombol juga harus memberikan umpan balik tactile (misalnya, bunyi klik) untuk memastikan operator mengetahui bahwa tombol telah ditekan dengan benar.
Illustration by Chatgp

3. Penghentian Total Sesuai ISO 13850:2015

Setelah tombol stop darurat ditekan, semua gerakan berbahaya pada mesin harus dihentikan segera. ISO 13850:2015 mengatur Kategori Penghentian berdasarkan ISO 60204-1 sebagai berikut:

  • Kategori 0: Penghentian total dengan memutuskan daya secara langsung, menghentikan mesin secara instan. Cocok digunakan dalam situasi darurat yang membutuhkan penghentian langsung.
  • Kategori 1: Penghentian terkendali, di mana mesin menghentikan operasinya secara bertahap sebelum daya diputuskan. Umumnya digunakan untuk mesin yang memerlukan penghentian bertahap demi mencegah kerusakan.
  • Kategori 2: Penghentian mesin tanpa memutus daya. Hanya gerakan berbahaya yang dihentikan, tetapi daya tetap tersambung.

Penghentian total harus didukung oleh sistem PLC (Programmable Logic Controller) atau Safety Relays yang memastikan mesin tidak beroperasi kembali sebelum kondisi aman dipulihkan.

4. Fungsi Stop Darurat Tidak Dapat Diblokir atau Dibypass

ISO 13850:2015 menegaskan bahwa sistem stop darurat tidak boleh diabaikan atau dimatikan. Berikut penjelasan teknisnya:

  • Desain Circuit Hard-Wired: Sistem stop darurat harus menggunakan sirkuit kabel keras (hard-wired) yang terpisah dari kontrol utama mesin. Ini memastikan bahwa fungsi stop darurat tetap aktif dan tidak dapat dibypass.
  • Redundansi dan Diagnostik: Sistem stop darurat modern harus memiliki redundansi (dual-channel) serta kemampuan diagnostik otomatis untuk memastikan tombol berfungsi dengan benar.
  • Proteksi Fisik: Tombol stop darurat juga harus dilindungi dari aktivasi yang tidak disengaja dengan menggunakan proteksi fisik namun tetap mudah dijangkau ketika diperlukan.

5. Prosedur Reset Setelah Fungsi Stop Darurat Diaktifkan

Setelah tombol stop darurat diaktifkan, diperlukan prosedur reset manual sebelum mesin dapat kembali beroperasi. ISO 13850:2015 menetapkan hal-hal berikut:

  • Proses Manual: Reset harus dilakukan secara manual dan disengaja oleh operator setelah memastikan situasi aman. Sistem tidak boleh otomatis melakukan reset sendiri.
  • Tombol Reset Terpisah: Tombol reset harus terletak jauh dari tombol stop darurat dan harus memiliki bentuk dan warna berbeda untuk menghindari kebingungan.
  • Indikasi Visual: Mesin harus memberikan tanda bahwa fungsi stop darurat telah diaktifkan, misalnya dengan lampu indikator merah, dan memastikan bahwa reset tidak dilakukan secara tidak sengaja.

Kesimpulan

ISO 13850:2015 menetapkan standar keselamatan yang sangat penting bagi fungsi stop darurat pada mesin. Setiap elemen mulai dari kecepatan akses, identifikasi visual, hingga prosedur reset, harus dipertimbangkan secara teknis untuk melindungi operator dan mencegah cedera serta kerusakan mesin. Penerapan standar ini tidak hanya memastikan keamanan tetapi juga meningkatkan keandalan operasi industri. Dengan menerapkan standar ISO 13850:2015, perusahaan dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja dan menjaga kepatuhan terhadap regulasi keselamatan internasional.

Keselamatan mesin merupakan aspek penting dalam dunia industri, yang bertujuan untuk melindungi pekerja dan mencegah kecelakaan akibat mesin yang beroperasi. Setiap tahun, kecelakaan di tempat kerja yang melibatkan mesin dapat menyebabkan cedera serius, bahkan kematian. Oleh karena itu, penerapan standar keselamatan yang ketat sangat diperlukan untuk memastikan lingkungan kerja yang aman. Simak selengkapnya pada artikel berikut ini Standar-standar pada Keselamatan Mesin menurut ISO – HSEpedia

Note: Artikel ini dibuat dengan bantuan Chatgpt.




Discover more from HSEpedia

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Show More

Joko Priono, M.K.K.K.

10 years experiences as HSE at Multinational Automotive Company. Bachelor Degree of Environmental Health and Master Degree of Occupational Health & Safety - Universitas Indonesia. Author of "70 Materi Safety Talks"

Leave a Reply

Back to top button